Lumpatan, (Kemenag Sumsel) —-
MTsN 2 Musi Banyuasin laksanakan Upacara memperingati Hari Guru Nasional (HGN) Tahun 2025 bergabung dengan MIN 1 Muba. Pelaksanaan upacara ini petugas petugas upacara semuanya guru yang bertugas. Upacara Hari Guru Nasional tahun 2025 berdasarkan SE Sekretaris jenderal kementerian Agama Republik Indonesia Nomo 38 Tahun 2025 tentang pedoman hari guru nasional tahun 2025.
Berdasarkan SE tersebut, bahwa dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional (HGN) sebagai momentum penghargaan terhadap peran strategis guru dalam pengingkatan mutu pendidikan nasional, termasuk guru pada satuan pendidikan di bawah binaan Kementerian Agama, perlu disusun pedoman pelaksanaan peringatan Hari Guru Nasional agar kegiatan dapat terlaksana secara tertib, sederhana, bermanfaat, dan penuh makna di selutuh satuan kerja Kementerian Agama.
Adapun maksud dan tujuan SE ini dimaksudkan untuk menjadi pedoman dalam penyelenggaraan Peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2025 bagi unit kerja, madrasah, dan satuan pendidikan keagamaan. Tema peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2025 adalah “Merawat Semesta Dengan Cinta”. Dan pakaian yang dikenakan pada saat upacara Peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2025 adalah wastra nusantara/baju nusantara.
Wastra nusantara adalah istilah untuk kain tradisional khas Indonesia yang kaya akan nilai budaya, filosofi, dan makna simbolis, dibuat dengan teknik dan motif tertentu sesuai adat dan tradisi setempat. Kata “wastra” berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti kain atau busana, sementara “nusantara” merujuk pada kepulauan Indonesia.
Adat dan istiadat kain atau busana setempat daerah Musi Banyuasin adalah kain gambo/jumputan, jadi Upacara kali ini menggunakan batik gambo/jumputan ciri khas daerah Musi Banyuasin” terang kamad. Kepala MTsN 2 Musi Banyuasin menjadi pembina di Upacara Peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2025 ini, yang berisikan tentang “Merawat Semesta Dengan Cinta” tema ini sejalan dengan Asta Cita Presiden dan Asta Protas Menteri Agama, yang menekankan pentingnya ekoteologi dan kurikulum berbasis cinta. Guru tidak hanya dituntut mengajarkan ilmu, tetapi juga menumbuhkan kesadaran mencintai sesama dan menjaga lingkungan “ujarnya. (Ks)
