By. SUPARMI, S.Ag (Wakil Bidang Sarana Prasarana)
Sarana dan prasarana (sapras) merupakan elemen krusial dalam menunjang keberhasilan proses pendidikan di Madrasah Tsanawiyah (MTs). Ketersediaan sapras yang memadai tidak hanya memfasilitasi kegiatan belajar mengajar, tetapi juga berperan penting dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif dan efektif bagi perkembangan peserta didik.
Realitas di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak MTs di Indonesia, terutama di daerah-daerah terpencil, yang menghadapi kendala serius terkait sapras. Kekurangan ruang kelas, laboratorium yang tidak lengkap, perpustakaan dengan koleksi terbatas, serta fasilitas sanitasi yang kurang memadai masih menjadi permasalahan umum. Kondisi ini tentu berdampak negatif pada kualitas pendidikan yang diterima oleh peserta didik.
Peningkatan sapras di MTs harus menjadi prioritas dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan Islam di Indonesia. Investasi dalam infrastruktur fisik seperti bangunan sekolah yang layak, ruang kelas yang nyaman, dan fasilitas sanitasi yang memadai merupakan langkah awal yang penting. Namun, di era digital ini, perhatian juga harus diberikan pada penyediaan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mendukung pembelajaran berbasis teknologi.
Laboratorium IPA, komputer, dan bahasa yang lengkap dapat membantu siswa MTs mengembangkan keterampilan praktis dan meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi pelajaran. Perpustakaan yang kaya dengan berbagai sumber belajar, baik cetak maupun digital, juga penting untuk mendorong budaya literasi dan penelitian di kalangan siswa.
Peningkatan sapras di MTs bukan tanpa tantangan. Keterbatasan anggaran, terutama untuk madrasah-madrasah swasta atau yang berada di daerah terpencil, seringkali menjadi hambatan utama. Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, lembaga swasta, dan masyarakat untuk mengatasi kesenjangan ini. Program bantuan pemerintah, kemitraan dengan sektor swasta, dan partisipasi aktif masyarakat dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kualitas sapras di MTs.
Penting juga untuk memastikan bahwa peningkatan sapras diimbangi dengan peningkatan kapasitas guru dan staf dalam memanfaatkan fasilitas tersebut secara optimal. Pelatihan dan pengembangan profesional berkelanjutan bagi tenaga pendidik dan kependidikan harus menjadi bagian integral dari upaya peningkatan sapras.
Dengan meningkatkan kualitas dan ketersediaan sapras di MTs, kita dapat berharap untuk melihat peningkatan signifikan dalam kualitas pendidikan Islam di Indonesia. Hal ini pada gilirannya akan berkontribusi pada pengembangan sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing global.